May 7, 2012

Pemain Bola Paling Narsis Didunia



Mereka memang bukan Ronaldinho atau Maxi Lopez yang pernah ketahuan memotret dirinya sendiri dengan kamera di ponselnya. Apes bagi kedua pemain bola yang sama-sama pernah satu kostum di Barcelona ini, foto mereka kemudian eksis di internet.

Yang begitu, menurut istilah zaman sekarang, disebut Narsis. Bener juga sih, kok senangnya motret diri sendiri kenapa bukan pacar atau kalau fotonya sendiri paling tidak bukan dia sendiri yang memotret.




Nah deretan pemain ini kadar narsisnya teramat parah. Tidak lagi memajang potretnya sendiri tapi keseharian mereka pun sudah sangat narsis. Tepatnya, narsistis habis. Mereka benar-benar narsistis alias orang yang teramat menyayangi diri sendiri. Istilah ini bergandengan erat dengan kata-kata seperti egomania atau selfish.

Siapa saja pemain yang narsis parah itu? Mereka adalah pemain yang menganggap dirinya paling keren, paling cakep, dan paling oke dari pemain lainnya di kolong langit ini. 

Beberapa nama seperti Robbie Savage, Nicklas Bendtner, Mido, Gary Neville, Jens Lehmann, Didier Drogba, dan Luis Suarez sudah terkenal dengan kenarsisannya. Tapi, masih banyak lagi. Inilah mereka:

El-Hadji Diouf


Pemain Senegal ini sudah habis masa kehebatannya. Gara-gara jago di Piala Dunia, dia sempat mampir di Liverpool. Dia pun selalu berkoar bahwa dia adalah pemain hebat. Buktinya, dia bisa main bersama The Kop. Namun tak lama, dia pun ngegelosor terus karirnya.

Tapi narsisnya tak juga hilang. Diouf yang kini main di Doncaster (halloooow divisi berapa tuh?) tetap merasa sebagai pemain hebat. Satu bukti kenarsisannya itu, tiap kali berlatih dia selalu mengendarai mobil Mercedes yang seluruh bodinya dilapisi chrome. Dia merasa masih menjadi nomor satu, se-bling-bling Mercedesnya itu.

Samuel Eto'o


Tak bisa disangkal lagi, Samuel Eto'o adalah pemain yang rajin meraih penghargaan sebagai pemain terbaik Afrika. Aksinya di berbagai klub seperti di Barcelona dan Inter Milan bikin orang berdecak-decak (kalau berdecak doang, kagumnya cuma sekali) kagum. 

Nah, kini dia bermain di Anzhi Makhachkala dengan bayaran paling mahal di jagat raya. Dengan gaji yang super mahal itu Eto'o merasa dirinya adalah pemain yang paling bagus di antara bintang mana pun di dunia. "Iya dong, dibayar paling mahal ya paling jago," mungkin kalau diindonesiakan begitu omongan Eto'o. 

Tapi, benarkah? Liga Rusia tentu bukan tujuan favorit pemain saat ini. Siapa yang mau bermain bola di dalam kulkas. Real Madrid, gara-gara cuaca dingin Luzhniki hanya bisa bermain seri dengan Spartak. Kalau saja Rusia lebih hangat dan bukan padang lumut, tentu akan banyak yang mau bermain di sana. Eto'o bukan yang paling mahal. 


Neymar


DN Aidit dalam film Pemberontakan G30S/PKI pernah bilang pulau Jawa adalah kunci. Kalau sepak bola, ya Eropa. Belum afdol kehebatan pemain bola jika tidak main di salah satu liga hebat di Eropa. 

Neymar sesungguhnya, belumlah apa-apa kalau dia hanya betah di Santos. Tapi, ini persoalannya, dia merasa sudah menjadi pemain Brasil paling hebat. Buktinya dia dibujuk-bujuk terus untuk segera berkostum Real Madrid atau Barcelona.

Tawaran dua klub, sudah cukup untuk membuat Neymar melompat ke langit ke tujuh. Sayangnya, sorotan media yang gencar, membuat dia ogah turun lagi. Sekali lagi dia sudah merasa jadi pemain paling kinclong. Pemain lainnya, sori masih kusam. 

Robinho


Saat dipanggil untuk bekerja di Real Madrid, Robinho yang disebut-sebut sebagai Pele baru, kepercayaan dirinya langsung terbang ke langit. Hmmm kerja untuk Madrid, klub besar dan juga kaya adalah bukti nyata dirinya menjadi salah satu pemain nomor wahid.

Namun, siapa sangka tiba-tiba dia berada dalam ketidakpastian. Pihak Madrid pun tak membuka tabir kemana dia akan dijual. Bangun pagi, barulah dia tahu kalau harus pergi ke Manchester City. Seperti program di MTV dulu, Going Nowhere. 

Di City karirnya juga tak bagus-bagus banget hingga akhirnya dia berlabuh ke Italia, menjadi pegawai Silvio Berlusconi. Pindah-pindah klub dalam waktu yang singkat bukan berarti dia hebat, sebaliknya dia gak laku di mana-mana. Tapi, siapa yang sangka kalau sebaliknya Robinho tetap menjadi pemain yang bagus. Setidaknya buat dia.

Ashley Cole


Bukan tanpa alasan kalau Ashley Cole mendapat julukan Cashly. Pendapatannya yang bejibun saat pindah dari Arsenal menyeberang ke Chelsea diejek karena dia mata duitan. Apa peduli dia? Diajak pindah ke Chelsea dengan gaji besar adalah pengakuan bahwa dia hebat. Dia pun menikmati dengan riang gembira. 




Carlos Tevez


Manchester City menjadi tempat yang nyaman buat para narsis. Tapi tak ada kesempatan yang paling narsis yang didapatkan Carlos Tevez. Wajahnya dipajang di bilboard di kota itu, dengan tulisan welcome to manchester. Hmm jelas penghargaan yang luar biasa.

Kepuasannya sebagai orang penting pun tersaji padahal dia sudah melakukan pembangkangan. Disuruh main, malah ngambek dan pergi ke kampung halamannya. Pulang kembali, dia sudah masuk first team. Egonya pasti melompat lebih tinggi lagi.

Cristiano Ronaldo


Ganteng, kaya, dan terkenal. Kutipan yang akan melekat pada dirinya meski mungkin dia sudah tua kelak. Mulut CR7 adalah gudang kenarsisan pemain bola mana pun. Simak lagi omongannya kala dibenci banyak orang: "Mereka benci karena saya terlalu hebat." 
Biarpun orang maklum karena dia memang jago tetap saja omongan macam begitu bikin siapa pun muak.







INFOMANIER.blogspot.com


sumber